Dunia adalah sarana bagi manusia
menuju hidup akhirat yang kekal dan bahagia. Harapan manusia menuju
kebahagiaan yang kekal di akhirat nanti bilamana setiap waktu dan
kesempatan yang Allah berikan digunakan dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah bersabda : “Dunia itu
sebagai sawah ladang akhirat”. Hadis tersebut mengandung maksud bahwa
selama didunia hendaknya kita banyak beramal baik (amal shalih).
Dalam beramal shalih kita dituntut
untuk selalu mempertimbangkan keseimbangan antara kehidupan duniawi
maupun ukhrawi. Oleh karena itu, selagi kita hidup hendaknya kita
senentiasa menanam amal shaleh sehingga di akhirat kelak kita dapat
menuai panen dari kebajikan tersebut. Dapat dipahami bahwa amal shalih
jika dikerjakan selain memberi manfaat terhadap diri sendiri juga
bermanfaat pula terhadap orang lain dan dapat pula diterima oleh akal
sehat.
Allah sangat menyayangi orang-orang
yang berbuat shalih, oleh karena itu kita sebagai umat islam sudah
seharusnya mengerjakan sesuatu yang Allah senangi sehingga kelak kita
akan mendapatkan surga yang merupakan seindah-indahnya tempat kembali.
1. Pengertian Amal Shalih
Secara bahasa “amal” berasal dari
bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh
berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah
perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan
balasan pahala yang berlipat diakhirat. Islam memandang bahwa amal saleh
merupakan manifestasi keimanan kepada Allah SWT.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
amal shaleh diartikan sebagai perbuatan yang sungguh-sungguh dalm
menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama seperti perbuatan
baik terhadap sesama manusia.
Amal saleh menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian
aturan-aturan Allah SWT. Sedangkan amal shalih tanpa keimanan akan
menjadi perbuatan yang tidak ada nilainya dihadapan Allah. sebagai
contoh orang yang dalam keseharian suka memberi bantuan kepada siapa sja
yang membutuhkan tetapi tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah,
maka perbuatan tersebut tidak mendapat nilai atau balasan dari Allah.
Amal shalih adalah menjalankan suatu perbuatan baik dengan niat
karena Allah dan hanya mengharapkan ridho Nya. Amal shaleh termasuk
perintah allah karena dengan beramal Shaleh maka akan tercipta kehidupan
yang tenteram dan bahagia.
2. Hadis tentang amal shalih
عَن ابِى هُرَيرَةَ رَضِى الله عَنْهُ
قَالَ قَالَ رَسُولُ الله صَلَ الله عَلَيهُ وَسَلَم اِذَا مَاتَ
ابْنُادَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَتٍ جَارِيَةٍ
اَوْ عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r,a berkata,
Rasulullah saw. bersabda “apabila anak adam (manusia) telah meninggal
dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara yaitu
sedekah jariyah, ilmu ymg bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan
kedua orangtuanya”. (HR. Muslim)
3. Unsur Tajwid dari Hadis di Atas
Tajwid Lafadz
Mad Thabi`i, Mad Thabi`i, Qalqalah Sughra, Mad Badal اِذَا مَاتَ ابْنُادَمَ
Ikhfa` اِنْقَطَعَ
Mad Thabi`i اِلَّا
Ikhfa` مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَتٍ جَارِيَةٍ
Idhar Halqi جَارِيَةٍ اَوْ
Idghom Bighunnah, Ikhfa عِلْمٍ يُنْتَفَعُ
Ikhfa, Idghom Bighunnah, Qolqolah, Mad Thabi`i وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ
4. Penjelasan
a. Kandungan Hadits
Dunia adalah sarana bagi manusia menuju hidup akhirat yang kekal dan
bahagia. Rasulullah pernah bersabda yang artinya “Dunia itu sebagai
sawah ladang akhirat”. Dalam kaitan inilah, maka manusia berpikir
rasional harus menggunakan waktu secara layak dan memanfaatkannya dalam
hal-hal yang menggambarkan betapa berharganya rentang waktu kehidupanya,
seperti melaksanakan amalan-amalan saleh. Namun kesempatan itu akan
berakhir setelah datangnya kematian.
Dalam hadis tersebut tidak dikatakan inqata`a intifa`uhu (terputus keadaannya untuk memperoleh manfaat) hanya disebutkan inqata`a amaluhu (terputusnya amal). Adapun amalan orang lain maka itu adalah milik orang yang mengamalkannya, namun jika ia menghadiahkan kepada orang yang sudah mati, maka akan sampai pahala orang yang mengamalkan itu kepadanya. Jadi walaupun ia telah mati, ia masih dapat menerima pahala dari orang yang mengamalkan.
Dalam hadis diatas Rasulullah menjelaskan bahwa apabila manusia itu sudah mati, seluruh amalannya akan terputus kecuali tiga amal shalih. Ketiga amal shalih yang pahalanya tidak terputus ketika seseorang telah meninggal dunia tersebut adalah:
Dalam hadis tersebut tidak dikatakan inqata`a intifa`uhu (terputus keadaannya untuk memperoleh manfaat) hanya disebutkan inqata`a amaluhu (terputusnya amal). Adapun amalan orang lain maka itu adalah milik orang yang mengamalkannya, namun jika ia menghadiahkan kepada orang yang sudah mati, maka akan sampai pahala orang yang mengamalkan itu kepadanya. Jadi walaupun ia telah mati, ia masih dapat menerima pahala dari orang yang mengamalkan.
Dalam hadis diatas Rasulullah menjelaskan bahwa apabila manusia itu sudah mati, seluruh amalannya akan terputus kecuali tiga amal shalih. Ketiga amal shalih yang pahalanya tidak terputus ketika seseorang telah meninggal dunia tersebut adalah:
1) Sedekah Jariyah
Sedekah berasal dari kata “shadaqatun” artinya sedeka. Derma, atau
pemberian. Sedangkan jariyah artinya mengalir. Sedekah Jariyah adalah
memberikan harta/ benda untuk kepentingan umum yang dapat dimanfaatkan
secara terus menerus dengan niat ikhlas semata-mata karena allah.
Sedekah tidak harus dalam jumlah banyak, sedekah dilakukan menurut kemampuan masing-masing. Sekecil apapun sedekah itu asalkan ikhlas Allah swt akan memberikan pahala, sebagaimana firman allah dalam Q.S. Al Zalzalah: 7 yang artinya,
Sedekah tidak harus dalam jumlah banyak, sedekah dilakukan menurut kemampuan masing-masing. Sekecil apapun sedekah itu asalkan ikhlas Allah swt akan memberikan pahala, sebagaimana firman allah dalam Q.S. Al Zalzalah: 7 yang artinya,
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. “
Dalam hadis juga disebutkan, yaitu:
احب الاعمال الى الله ادومها وانقل (رواه الشيجان عن عائسة)
“amal yang lebih disukai Allah yang tetap dikerjakan, biarpun sedikit”. (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah).Pada dasarnya setiap manusia diperintahkan untuk bersedekah. Bersedekah tidak harus berupa materi (harta benda). Sedekah bisa dilakukan dalam bentuk tenaga atau perbuatan. Rasulullah saw. bersabda yang artinya:
“Setiap kerat tulang manusia itu punya bersedekah setiap hari; menetapkan hukum secara adil antara dua pihak adalah sedekah, membantu seseorang menaiki binatang tunggangan adalah sedekah, mengangkat barabg-barabgnya untuk dinaikkan ke binatang tunggangannya itu adalah sedekah, perkataan yang baik adalah sedekah, setiap langkahnya untuk menunaikan salat adalah sedekah, dan menyingkirkan bahaya dari jalan adalah sedekah”.
Berdasarkan penjelasn diatas, sedekah jariah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a) Niat yang ikhlas
Dalam hal ini keikhlasan merupakan
landasan keimanan dan syarat ditentukan bagi sahnya amalan-amalan.
Keikhlasan juga bebas dari jerat dan tipuan iblis. Sebagaimana firman
Allah dalm surat Shad: 82-83 yang artinya :
“iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.”
b) Berupa barang atau benda yang mempunyai sifat awet atau tahan lama
c) Barang atau benda tersebut mempunyai manfaat untuk kepentingan umum.
d) Barang atau benda tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk kebaikan.
Banyak sekali contoh perbuatan yang termasuk sedekah jariyah,
misalnya mewakafkan tanah Atau memberikan sumbangan untuk pembangunan
masjid, mushala, rumah sakit, jalan dan sebagainya. Orang yang
menyumbangkan hartanya untuk bangunan seperti itu akan terus menerus
menerima pahalanya selama bangunan itu dimanfaatkan. Pahala terus
mengalir walaupun ia telah meninggal. Dan tentulah orang itu memiliki
akidah dan ketauhidan yang benar sehingga amalan yng dilakukan ketika
hidupnya akan memberi kemanfaatan baginya setelah ia mati.
2) Ilmu yang Bermanfaat
Ilmu merupakan sarana penting dalam menunjang kehidupan. Orang yang
berilmu akan memperoleh penghargaan dari Allah swt. dan manusia. Ilmu
bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan dan diajarkan kepada orang lain
dan lebih-lebih jika orang yang telah kita ajari tersebut mau
mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain.
Ilmu dikatakan bermanfaat jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Ilmu dikatakan bermanfaat jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Mengamalkan ilmu tersebut
b) Ilmu tersebut mempunyai manfaat dalam kehidupan
c) Ilmu tersebut tidak bertentangan dengan agama.
Sebagaimana halnya menuntut ilmu dan mengamalkannya, mengajarkan ilmu
juga merupakan kewajiban orang Islam. Kita tidak boleh menyembunyikan
ilmu, artinya tidak mau mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada orang
lain. Allah swt. melaknat orang yang berilmu tetapi tidak mau
menyebarluaskannya.
Diibaratkan pohon yang tak berbuah, ilmu itu akan sia-sia.
Sesungguhnya menyembunyikan ilmu itu sangat pedih siksanya sebagaimana sabda Rasulullah saw. yaitu:
Diibaratkan pohon yang tak berbuah, ilmu itu akan sia-sia.
Sesungguhnya menyembunyikan ilmu itu sangat pedih siksanya sebagaimana sabda Rasulullah saw. yaitu:
عن ابى هريرة رضى الله عنه قال : قال رسول الله صل الله عليه وسلم من سئل عن علم فكتمه الجم بلجام من نار يوم القيمة
(رواه احمد)
Abu hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda”
Barangsiapa ditantanya tentang suatu ilmu, kemudian ia
menyembunyikannya(tidak menjawab), maka pada hari kiamat ia akan diberi
kendali dari neraka”. (H.R. Ahmad).
Dalam suatu hadits Rasulullah saw. bersabda yang artinya “Barangsiapa dikehendaki Allah dengan baik, dia akan memberikan kefahaman (ilmu) kepadanya mengenai masalah agama”. (H.R. Bukhari dan Muslim). Orang yang mau mengajarkan ilmu akan memperoleh pahala dari Allah swt. selama ilmu itu masih dimanfaatkan orang, ia akan tetap mendapat pahala walaupun telah menuinggal dunia. Misalnya, mengajar atau mengarang sebuah kitab atau buku yang selanjutnya dibaca orang banyak selama buku itu masih tetap dibaca dan dimanfaatkan ia akan tetap mendapat pahala.
Dalam suatu hadits Rasulullah saw. bersabda yang artinya “Barangsiapa dikehendaki Allah dengan baik, dia akan memberikan kefahaman (ilmu) kepadanya mengenai masalah agama”. (H.R. Bukhari dan Muslim). Orang yang mau mengajarkan ilmu akan memperoleh pahala dari Allah swt. selama ilmu itu masih dimanfaatkan orang, ia akan tetap mendapat pahala walaupun telah menuinggal dunia. Misalnya, mengajar atau mengarang sebuah kitab atau buku yang selanjutnya dibaca orang banyak selama buku itu masih tetap dibaca dan dimanfaatkan ia akan tetap mendapat pahala.
3) Anak Shalih yang Mendoakan Kedua Orang Tuanya
Kewajiban anak kepada orang tua adalah
berbakti kepada orangtuanya, berkata yang sopan dan membantu
meringankan pekerjaan mereka. Namun jika keduanya telah meninggal
dunia, maka seorang anak dapat berabakti kepada orngtuanya dengan cara
mendoakannya.
Beruntunglah orngtua yang mempunyai
anak shalih dan mau mendoakannya. Karena doa anak yang shalih merupakan
salah satu amal pahalanya tiada terputus ketika orang telah meninggal
dunia. Anak shalih adalah anak yang taat beragama, bersungguh-sungguh
dalam beribadah, dan suka berbuat baik terhadap sesama.
Anak shalih termasuk anak yang berakhlak mulia , karena itu anak
shaleh yang mau mendoakan orangtuanya yang telah meninggal dicatata oleh
Allah sebagai amalan yang tiada terputus pahalanya.
Agar kita menjadi anak shalih, ada beberapa perilaku yang harus kita miliki, diantaranya:
a) Berbakti kepada orang tuanya
Orngtua adalah orang yang telah
berjasa kepada kita, terutama ibu maka sudah sewajarnya sebagai anak
kita berbakti kepada kedua orng tua selama tidak bertentangan dengan
ajaran Islam. Adapun wujud konkret dari berbakti kepada orangtua adalah :
I. Tidak berkata kasar kepada kedua orng tua
II. Berlaku hormat dan sntun kepada orang tua
III. Tidak berkat “ah”
IV. Berlaku rendah hati dan penuh kasih sayang
V. Mendoakan kedua orangtuanya.
b) Berbuat baik kepada sesamanya
Berbuat baik yang dimaksud adalah
tidak merugikan orang lain, bersikap jujur, tidak menyakiti, bersikap
ramah, saling tolong-menolong dalam kebaikan dan lain-lain.
c) Bertakawa kepada Allah
Bertakwa adalah menjalankan semua
perintah allah dan menjauhi larangannya. Hal ini seperti dalam firman
Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 197 yang artinya: “Berbekallah dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. Berikut ini adalah ciri
orang-orang yang bertakwa:
I. Sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah
II. Istiqomah dijalannya
III. Memaafkan kesalahan orng lain
IV. Memegang amanah dan menepati janji
V. Menjalani hidup dengan rasa optimis, dan lain-lain.
Dari anak shalih ini, orang yang meninggal pasti serta selalu
menerima syafaat darinya. Begitulah yang dimaksud dari hadits diatas,
dengan demikian hadits ini tidak akan berlawanan maknanya dengan
hadits-hadits lain yang menerangkan akan sampainya pahala amalan orang
yang masih hidup (penebus utang, puasa,shalat, hajidan lain-lain) yang
ditujukan kepada orng yang telah meninggal tersebut.
Begitu juga mengenai amal jariyahnya dan ilmu yang bermanfaat selama dua hal ini masih diamalkan oleh manusia yang masih hidup, maka orng yang meninggal selalu mendapat syafaat darinya.
Mengenai hadist tentang amal shaleh diatas, menunjukkan besarnya keutamaan mengusahakan amal-amal shalih tersebut karena disamping keutamaanya sendiri yang besar. Juga pahalanya yang terus mengalir meskipun orng yang mengusahakan telah meninggal dunia. Imam Nawawi mencantumkan hadits ini dalam bab: Pahala yang terus didapatkan oleh seorang manusia meskipun ia telah meninggal dunia.
Begitu juga mengenai amal jariyahnya dan ilmu yang bermanfaat selama dua hal ini masih diamalkan oleh manusia yang masih hidup, maka orng yang meninggal selalu mendapat syafaat darinya.
Mengenai hadist tentang amal shaleh diatas, menunjukkan besarnya keutamaan mengusahakan amal-amal shalih tersebut karena disamping keutamaanya sendiri yang besar. Juga pahalanya yang terus mengalir meskipun orng yang mengusahakan telah meninggal dunia. Imam Nawawi mencantumkan hadits ini dalam bab: Pahala yang terus didapatkan oleh seorang manusia meskipun ia telah meninggal dunia.
Hadits tersebut juga merupakan penjabaran dari firman Allah yaitu:
“Sesungguhnya Kami menghidupkan
orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan
bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan
dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuz)”. (QS. Yasin: 12)
Artinya bahwa Allah akan menulis amal-amal yang mereka kerjakan
sendiri dan jejak-jejak yang mereka tinggalkan, karena mereka yang
mengusahakan sebab terwujudnya amal-amal tersebut, baik amal shalih
maupun amal buruk.
Adapun syarat syarat sah beramal shaleh adalah
a) Amal shalih dilakukan dengan mengetahui ilmunya
b) Orang shaleh melakukan semua amal itu dengan penuh ketulusan
c) Amal shalih hendaknya dilakukan secara sah sesuai dengan petunjuk syarak (AlQuran dan Hadits).
AlQuran menghubungkan kata “amanu”
(mereka beriman) dan “amilusshalihat” (mereka beramal shalih) dengan
kata sambung wa (dan) pada 50 ayat Alquran, antara lain QS. Albaqarah:
25, 28, 82, 277; Ali Imran: 57, 122, 173; At Thin: 6, dan masih banyak
yang lainnya. Alquran juga menyebutkan kata “As shalehat” tetapi tidak
dihubungkan langsung dengan “amanu” sebagaimana dalam QS. An Nahl ayat
97.
Dari apa yang ditemukan pada ayat-ayat Al-Quran dapat disimpulkan
bahwa amal shaleh merupakan wujud dari keimanan seseorang. Artinya orang
yang beriman kepada Allah SWT. harus menampakkan keimanannya dalam
bentuk amal shaleh. Iman dan amal shaleh ibarat dua sisi mata uang yang
tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang
menyebabkan ia disebut mata uang. Imat tanpa amal shaleh juga
diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan keislaman. Begitu pula orang yang mengakui Islam harus menyatakan keislamannya. Islam seperti bangunan yang kokoh didalam satu jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal shaleh yang menunjukkan nilai-nilai keislaman.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan keislaman. Begitu pula orang yang mengakui Islam harus menyatakan keislamannya. Islam seperti bangunan yang kokoh didalam satu jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal shaleh yang menunjukkan nilai-nilai keislaman.
4) Nilai Amal Shalih
a. Allah akan memberikan rizki yang baik
Allah akan mengkaruniakan kehidupan yang baik dengan cara memberikan rizki yang halal dan baik.
Sehingga apa yang ia makan adalah rizki yang baik. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam QS. Al Hijr: 50 yang artinya, “Maka bagi
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka ampunan dan
rizki yang mulia”.
b. Allah Akan memberikan derajat yang tinggi
Sesuai dengan firman Allah dalam QS.
Thaha: 75 yang artinya, “ dan Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam
Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka
Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia)”.
c. Sukses
Orang yang senantiasa melakukan amal
shaleh akan membimbingnya untuk hidup dalam kehidupan yang baik yang
akan selalu memimbingnya dalam menentukan segala hal dengan
bimbingannya.
d. Keimanan dan Ketakwaan diri
Salah satu bukti dari sebuah
keimananan adalah sebuah amal, oleh karena itu amal adalah sebuah
perwujudan dari matangnya iman dalam ketakwaannya bagi para hambanya
sehingga semakin banyak orang yang melakukan amal kebaikan maka kualitas
iman dan takwanya insyallah juga akan bertambah.
e. Terhindar dari kegelapan
Hal ini sesuai firman Allah dalm QS.
Yunus: 9 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka
karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam
syurga yang penuh kenikmatan”.
f. Diberi Rahmat
Hal ini sesuai dengan firman Allah
Surat Al Jatsiah: 30 yang artinya, “Adapun orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh Maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam
rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata”.
g. Hilangnya rasa takut dan khawatir
h. Akan disempurnakan pahalanya
Hal ini sesuai firman Allah Surat Ali
Imran: 57 yang artinya, “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amalan-amalan yang saleh, Maka Allah akan memberikan kepada mereka
dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim”.
i. Diberi ampunan
Hal ini sesuai dengan firman Allah
Surat Al-Ankabut: 7 yang artinya, “dan orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa
mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik
dari apa yang mereka kerjakan”.
Perbuatan baik itu dapat melebur dosa
sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya “Bertakwalah kamu
sekalian kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah perbuatan
jelek itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan
menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji”. (HR.
Bukhari)
j. Menjadi penghuni surga
Hal ini sesuai firman Allah Surat Hud:
23 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu
adalah penghuni-penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya”.
5) Hikmah Beramal saleh
- Tidak syirik
- Memiliki ketakwaan
- Terhindar dari kemaksiatan
- Berjiwa sosial
- Tidak kikir
- Merasakan Kebesaran Allah
- Terkabul doa-doanya
- Banyak saudara
- Memiliki kejujuran
- Berhati ikhlas
- Sehat jasmani dan rohani
- Memiliki kedisiplinan
Play Online Casino Games Online in Malaysia | KLAd
BalasHapusPlay 온카지노 casino games online in Malaysia. Enjoy the latest game promotions & slots and real money online casino Malaysia in a convenient 메리트카지노 place with convenient septcasino