dropdown sederhana

Selasa, 06 Juni 2017

PENGERTIAN ALQURAN DAN HADITS


A. Pengertian Al-Qur’an
           Allah menjelaskan,
(18) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (17) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ

"Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu." (Al-Qiyamah: 17-18)

    
Al-Qur’an adalah risalah Allah SWT untuk seluruh umat manusia. Banyak dalil-dalil yang secara mutawatir diriwayatkan berkaitan dengan masalah ini, baik dari al-Qur’an maupun dari hadis.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat islam memiliki banyak fungsi, antara lain:
  1. Sebagai bukti atas kerasulan Muhammad SAW.
  2. Sebagai pedoman hidup manusia untuk membedakan yang hak dan yang batil (Al-Furqan).
  3. Dapat menjadi peringatan (Al-Dzikr) manakala manusia lalai dalam menjalankan syariat yang dititahkan Tuhan.
  4. Dapat menjadi pemberi keterangan penjelasan (bayyin) ketika manusia mengalami kebuntuan dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapi.
  5. Sebagai petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariat, dan akhlak.

B. Pengertian Hadis
            Hadis atau al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang baru yang berarti menunjukkan kepada waktu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadis juga sering disebut dengan al-khabar yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan hadis.
            Secara garis besar, ada empat makna fungsi penjelasan (bayan) Hadis terhadap Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
1. Posisi hadis memperkuat keterangan Al-Qur’an (ta’kid).
2. Hadis sebagai penjelas (bayan) terhadap Al-Qur’an. Penjelasan yang diberikan ada 3 macam, yaitu:
  1. Memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat global (tafsil al-mujmal)
  2. Hadis mengkhususkan ayat-ayat Al-Qur’an yang umum (takhshish al-‘amm)
  3. Membatasi kemutlakan ayat Al-Qur’an (taqyid al-muthlaq)

HADITS TENTANG KEUTAMAAN ORANG YANG MEMBERI


عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله ُعَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اْليَدُّ اْلعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اْليَدِّ السُّفْلى . فَالْيَدُّ اْلعُلْيَا هِيَ اْلمُنْفِقَةُ وَ اْليَدُّ السُّفْلى هِيَ السَّائِلَةُ ( متفق عليه )
 
 Artinya : 
Dari ibnu Umar Ra. sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : “ Tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan di bawah. Tangan yang di atas itu ialah yang member dan tangan yang di bawah itu ialah yang meminta.” (H.R Mutafaq ‘Alaih).

Senin, 05 Juni 2017

Hadis Tentang Amal Shalih

Hadis Tentang Amal Shalih – Manusia hidup didunia tidak hanya sebatas melakukan ibadah saja. Tetapi secara duniawi seorang manusia harus menggunakan akal untuk memanfaatkan waktu dan kesempatan yang diberikan sehingga tidak terbuang sia-sia.
Dunia adalah sarana bagi manusia menuju hidup akhirat yang kekal dan bahagia. Harapan manusia menuju kebahagiaan yang kekal di akhirat nanti bilamana setiap waktu dan kesempatan yang Allah berikan digunakan dengan sebaik-baiknya. 
Rasulullah bersabda : “Dunia itu sebagai sawah ladang akhirat”. Hadis tersebut mengandung maksud bahwa selama didunia hendaknya kita banyak beramal baik (amal shalih).
Dalam beramal shalih kita dituntut untuk selalu mempertimbangkan keseimbangan antara kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Oleh karena itu, selagi kita hidup hendaknya kita senentiasa menanam amal shaleh sehingga di akhirat kelak kita dapat menuai panen dari kebajikan tersebut. Dapat dipahami bahwa amal shalih jika dikerjakan selain memberi manfaat terhadap diri sendiri juga bermanfaat pula terhadap orang lain dan dapat pula diterima oleh akal sehat.
Allah sangat menyayangi orang-orang yang berbuat shalih, oleh karena itu kita sebagai umat islam sudah seharusnya mengerjakan sesuatu yang Allah senangi sehingga kelak kita akan mendapatkan surga yang merupakan seindah-indahnya tempat kembali.
1. Pengertian Amal Shalih
Secara bahasa “amal” berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat diakhirat. Islam memandang bahwa amal saleh merupakan manifestasi keimanan kepada Allah SWT.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, amal shaleh diartikan sebagai perbuatan yang sungguh-sungguh dalm menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama seperti perbuatan baik terhadap sesama manusia.
Amal saleh menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian aturan-aturan Allah  SWT. Sedangkan amal shalih tanpa keimanan akan menjadi perbuatan yang tidak ada nilainya dihadapan Allah. sebagai contoh orang yang dalam keseharian suka memberi bantuan kepada siapa sja yang membutuhkan tetapi tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah, maka perbuatan tersebut tidak mendapat nilai atau balasan dari Allah. Amal shalih adalah menjalankan suatu perbuatan baik dengan niat karena Allah dan hanya mengharapkan ridho Nya. Amal shaleh termasuk perintah allah karena dengan beramal Shaleh maka akan tercipta kehidupan yang tenteram dan bahagia. 
2. Hadis tentang amal shalih
عَن ابِى هُرَيرَةَ رَضِى الله عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ الله صَلَ الله عَلَيهُ وَسَلَم اِذَا مَاتَ ابْنُادَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَتٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ  يُنْتَفَعُ بِهِ  اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r,a berkata, Rasulullah saw. bersabda “apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu ymg bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan kedua orangtuanya”. (HR. Muslim) 
3. Unsur Tajwid dari Hadis di Atas
Tajwid Lafadz
Mad Thabi`i, Mad Thabi`i, Qalqalah Sughra, Mad Badal اِذَا مَاتَ ابْنُادَمَ
Ikhfa` اِنْقَطَعَ
Mad Thabi`i اِلَّا
Ikhfa` مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَتٍ جَارِيَةٍ
Idhar Halqi جَارِيَةٍ اَوْ
Idghom Bighunnah, Ikhfa عِلْمٍ يُنْتَفَعُ
Ikhfa, Idghom Bighunnah, Qolqolah, Mad Thabi`i وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ
4. Penjelasan
a. Kandungan Hadits Dunia adalah sarana bagi manusia menuju hidup akhirat yang kekal dan bahagia. Rasulullah pernah bersabda yang artinya “Dunia itu sebagai sawah ladang akhirat”. Dalam kaitan inilah, maka manusia berpikir rasional harus menggunakan waktu secara layak dan memanfaatkannya dalam hal-hal yang menggambarkan betapa berharganya rentang waktu kehidupanya, seperti melaksanakan amalan-amalan saleh.  Namun kesempatan itu akan berakhir setelah datangnya kematian.
Dalam hadis tersebut tidak dikatakan inqata`a intifa`uhu (terputus keadaannya untuk memperoleh manfaat) hanya disebutkan inqata`a amaluhu (terputusnya amal).  Adapun amalan orang lain maka itu adalah milik orang yang mengamalkannya, namun jika ia menghadiahkan kepada orang yang sudah mati, maka akan sampai pahala orang yang mengamalkan itu kepadanya. Jadi walaupun ia telah mati, ia masih dapat menerima pahala dari orang yang mengamalkan.
Dalam hadis diatas Rasulullah menjelaskan bahwa apabila manusia itu sudah mati, seluruh amalannya akan terputus kecuali tiga amal shalih. Ketiga amal shalih yang pahalanya tidak terputus ketika seseorang telah meninggal dunia tersebut adalah:
1) Sedekah Jariyah Sedekah berasal dari kata “shadaqatun” artinya sedeka. Derma, atau pemberian. Sedangkan jariyah artinya mengalir. Sedekah Jariyah adalah memberikan harta/ benda untuk kepentingan umum yang dapat dimanfaatkan secara terus menerus dengan niat ikhlas semata-mata karena allah.
Sedekah tidak harus dalam jumlah banyak, sedekah dilakukan menurut kemampuan masing-masing. Sekecil apapun sedekah itu asalkan ikhlas Allah swt akan memberikan pahala, sebagaimana firman allah dalam Q.S. Al Zalzalah: 7 yang artinya,
   
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. “
Dalam hadis juga disebutkan, yaitu:
احب الاعمال الى الله ادومها وانقل (رواه الشيجان عن عائسة)
“amal yang lebih disukai Allah yang tetap dikerjakan, biarpun sedikit”. (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah). 
Pada dasarnya setiap manusia diperintahkan untuk bersedekah. Bersedekah tidak harus berupa materi (harta benda). Sedekah bisa dilakukan dalam bentuk tenaga atau perbuatan. Rasulullah saw. bersabda yang artinya:
“Setiap kerat tulang manusia itu punya bersedekah setiap hari; menetapkan hukum secara adil antara dua pihak adalah sedekah, membantu seseorang menaiki binatang tunggangan adalah sedekah, mengangkat barabg-barabgnya untuk dinaikkan ke binatang tunggangannya itu adalah sedekah, perkataan yang baik adalah sedekah, setiap langkahnya untuk menunaikan salat adalah sedekah, dan menyingkirkan bahaya dari jalan adalah sedekah”.  
Berdasarkan penjelasn diatas, sedekah jariah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a) Niat yang ikhlas
Dalam hal ini keikhlasan merupakan landasan keimanan dan syarat ditentukan bagi sahnya amalan-amalan. Keikhlasan juga bebas dari jerat dan tipuan iblis.  Sebagaimana firman Allah dalm surat Shad: 82-83 yang artinya :
“iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.”
b) Berupa barang atau benda yang mempunyai sifat awet atau tahan lama
c) Barang atau benda tersebut mempunyai manfaat untuk kepentingan umum.
d) Barang atau benda tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk kebaikan. Banyak sekali contoh perbuatan yang termasuk sedekah jariyah, misalnya mewakafkan tanah Atau memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid, mushala, rumah sakit, jalan dan sebagainya. Orang yang menyumbangkan hartanya untuk bangunan seperti itu akan terus menerus menerima pahalanya selama bangunan itu dimanfaatkan. Pahala terus mengalir walaupun ia telah meninggal. Dan tentulah orang itu memiliki akidah dan ketauhidan yang benar sehingga amalan yng dilakukan ketika hidupnya akan memberi kemanfaatan baginya setelah ia mati.
2) Ilmu yang Bermanfaat Ilmu merupakan sarana penting dalam menunjang kehidupan. Orang yang berilmu akan memperoleh penghargaan dari Allah swt. dan manusia. Ilmu bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan dan diajarkan kepada orang lain dan lebih-lebih jika orang yang telah kita ajari tersebut mau mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain.
Ilmu dikatakan bermanfaat jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Mengamalkan ilmu tersebut
b) Ilmu tersebut mempunyai manfaat dalam kehidupan
c) Ilmu tersebut tidak bertentangan dengan agama. Sebagaimana halnya menuntut ilmu dan mengamalkannya, mengajarkan ilmu juga merupakan kewajiban orang Islam. Kita tidak boleh menyembunyikan ilmu, artinya tidak mau mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada orang lain. Allah swt. melaknat orang yang berilmu tetapi tidak mau menyebarluaskannya.
Diibaratkan pohon yang tak berbuah, ilmu itu akan sia-sia.
Sesungguhnya menyembunyikan ilmu itu sangat pedih siksanya sebagaimana sabda Rasulullah saw. yaitu:
عن ابى هريرة رضى الله عنه قال : قال رسول الله صل الله عليه وسلم من سئل عن علم فكتمه الجم بلجام من نار يوم القيمة
 (رواه احمد) Abu hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda” Barangsiapa ditantanya tentang suatu ilmu, kemudian ia menyembunyikannya(tidak menjawab), maka pada hari kiamat ia akan diberi kendali dari neraka”. (H.R. Ahmad).
Dalam suatu hadits Rasulullah saw. bersabda yang artinya “Barangsiapa dikehendaki Allah dengan baik, dia akan memberikan kefahaman (ilmu) kepadanya mengenai masalah agama”. (H.R. Bukhari dan Muslim). Orang yang mau mengajarkan ilmu akan memperoleh pahala dari Allah swt. selama ilmu itu masih dimanfaatkan orang, ia akan tetap mendapat pahala walaupun telah menuinggal dunia. Misalnya, mengajar atau mengarang sebuah kitab atau buku yang selanjutnya dibaca orang banyak selama buku itu masih tetap dibaca dan dimanfaatkan ia akan tetap mendapat pahala.
3) Anak Shalih yang Mendoakan Kedua Orang Tuanya
Kewajiban anak kepada orang tua adalah berbakti kepada orangtuanya, berkata yang sopan dan membantu meringankan pekerjaan mereka. Namun  jika keduanya telah meninggal dunia, maka seorang anak dapat berabakti kepada orngtuanya dengan cara mendoakannya.
Beruntunglah orngtua yang mempunyai anak shalih dan mau mendoakannya. Karena doa anak yang shalih merupakan salah satu amal pahalanya tiada terputus ketika orang telah meninggal dunia. Anak shalih adalah anak yang taat beragama, bersungguh-sungguh dalam beribadah, dan suka berbuat baik terhadap sesama. Anak shalih termasuk anak yang berakhlak mulia , karena itu anak shaleh yang mau mendoakan orangtuanya yang telah meninggal dicatata oleh Allah sebagai amalan yang tiada terputus pahalanya.
Agar kita menjadi anak shalih, ada beberapa perilaku yang harus kita miliki, diantaranya:
a) Berbakti kepada orang tuanya
Orngtua adalah orang yang telah berjasa kepada kita, terutama ibu maka sudah sewajarnya sebagai anak kita berbakti kepada kedua orng tua selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Adapun wujud konkret dari berbakti kepada orangtua adalah :
I. Tidak berkata kasar kepada kedua orng tua
II. Berlaku hormat dan sntun kepada orang tua
III. Tidak berkat “ah”
IV. Berlaku rendah hati dan penuh kasih sayang
 V. Mendoakan kedua orangtuanya.
b) Berbuat baik kepada sesamanya
Berbuat baik yang dimaksud adalah tidak merugikan orang lain, bersikap jujur, tidak menyakiti, bersikap ramah, saling tolong-menolong dalam kebaikan dan lain-lain.
c) Bertakawa kepada Allah
Bertakwa adalah menjalankan semua perintah allah dan menjauhi larangannya. Hal ini seperti dalam firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 197 yang artinya: “Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. Berikut ini adalah ciri orang-orang yang bertakwa:
I. Sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah
II. Istiqomah dijalannya
III. Memaafkan kesalahan orng lain
IV. Memegang amanah dan menepati janji
V. Menjalani hidup dengan rasa optimis, dan lain-lain. Dari anak shalih ini, orang yang meninggal pasti serta selalu menerima syafaat darinya. Begitulah yang dimaksud dari hadits diatas, dengan demikian hadits ini tidak akan berlawanan maknanya dengan hadits-hadits lain yang menerangkan akan sampainya pahala amalan orang yang masih hidup  (penebus utang, puasa,shalat, hajidan lain-lain) yang ditujukan kepada orng yang telah meninggal tersebut.
Begitu juga mengenai amal jariyahnya dan ilmu yang bermanfaat selama dua hal ini masih diamalkan oleh manusia yang masih hidup, maka orng yang meninggal selalu mendapat syafaat darinya.
Mengenai hadist tentang amal shaleh diatas, menunjukkan besarnya keutamaan mengusahakan amal-amal shalih tersebut karena disamping keutamaanya sendiri yang besar. Juga pahalanya yang terus mengalir meskipun orng yang mengusahakan telah meninggal dunia. Imam Nawawi mencantumkan hadits ini dalam bab: Pahala yang terus didapatkan oleh seorang manusia meskipun ia telah meninggal dunia.  
Hadits tersebut juga merupakan penjabaran dari firman Allah yaitu:
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuz)”. (QS. Yasin: 12) Artinya bahwa Allah akan menulis amal-amal yang mereka kerjakan sendiri dan jejak-jejak yang mereka tinggalkan, karena mereka yang mengusahakan sebab terwujudnya amal-amal tersebut, baik amal shalih maupun amal buruk.
Adapun syarat syarat sah beramal shaleh adalah
a) Amal shalih dilakukan dengan mengetahui ilmunya
b) Orang shaleh melakukan semua amal itu dengan penuh ketulusan 
c) Amal shalih hendaknya dilakukan secara sah sesuai dengan petunjuk syarak (AlQuran dan Hadits).
AlQuran menghubungkan kata “amanu” (mereka beriman) dan “amilusshalihat” (mereka beramal shalih) dengan kata sambung wa (dan) pada 50 ayat Alquran, antara lain QS. Albaqarah: 25, 28, 82, 277; Ali Imran: 57, 122, 173; At Thin: 6, dan masih banyak yang lainnya. Alquran juga menyebutkan kata “As shalehat” tetapi tidak dihubungkan langsung dengan “amanu” sebagaimana dalam QS. An Nahl ayat 97. Dari apa  yang ditemukan pada ayat-ayat Al-Quran dapat disimpulkan bahwa amal shaleh merupakan wujud dari keimanan seseorang. Artinya orang yang beriman kepada Allah SWT. harus menampakkan keimanannya dalam bentuk amal shaleh. Iman dan amal shaleh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Imat tanpa amal shaleh juga diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan keislaman. Begitu pula orang yang mengakui Islam harus menyatakan keislamannya. Islam seperti bangunan yang kokoh didalam satu jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal shaleh yang menunjukkan nilai-nilai keislaman.
4) Nilai Amal Shalih
a. Allah akan memberikan rizki yang baik
Allah akan mengkaruniakan kehidupan yang baik dengan cara memberikan rizki yang halal dan baik. Sehingga apa yang ia makan adalah rizki yang baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al Hijr: 50 yang artinya, “Maka bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia”.
b. Allah Akan memberikan derajat yang tinggi
Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Thaha: 75 yang artinya, “ dan Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia)”.
c. Sukses 
Orang yang senantiasa melakukan amal shaleh akan membimbingnya untuk hidup dalam kehidupan yang baik yang akan selalu memimbingnya dalam menentukan segala hal dengan bimbingannya.
d. Keimanan dan Ketakwaan diri
Salah satu bukti dari sebuah keimananan adalah sebuah amal, oleh karena itu amal adalah sebuah perwujudan dari matangnya iman dalam ketakwaannya bagi para hambanya sehingga semakin banyak orang yang melakukan amal kebaikan maka kualitas iman dan takwanya insyallah juga akan bertambah.
e. Terhindar dari kegelapan
Hal ini sesuai firman Allah dalm QS. Yunus: 9 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan”.
f. Diberi  Rahmat
Hal ini sesuai dengan firman Allah Surat Al Jatsiah: 30 yang artinya, “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh Maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata”.
g. Hilangnya rasa takut dan khawatir
h. Akan disempurnakan pahalanya
Hal ini sesuai firman Allah Surat Ali Imran: 57 yang artinya, “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. 
i. Diberi ampunan
Hal ini sesuai dengan firman Allah Surat Al-Ankabut: 7 yang artinya, “dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”.
Perbuatan baik itu dapat melebur dosa sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya “Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah perbuatan jelek itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji”. (HR. Bukhari)  
j. Menjadi penghuni surga
Hal ini sesuai firman Allah Surat Hud: 23 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya”. 
5) Hikmah Beramal saleh
  1. Tidak syirik
  2. Memiliki ketakwaan
  3. Terhindar dari kemaksiatan
  4. Berjiwa sosial
  5. Tidak kikir
  6. Merasakan Kebesaran Allah
  7. Terkabul doa-doanya
  8. Banyak saudara
  9. Memiliki kejujuran
  10. Berhati ikhlas
  11. Sehat jasmani dan rohani
  12. Memiliki kedisiplinan

Surat Al-Bayyinah






Artinya :
1.      Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,
2.      (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lemnbaran yang disucikan (Al-Qur’an),
3.      di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus 1595.
4.      Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al-Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
5.       Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus 1596, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
6.      Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
7.      Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk
8.       Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.


Pengertian Surat Al-Bayyinah

Surah Al-Bayyinah (bahasa Arab:البينة, "Pembuktian") adalah surah ke-98 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 8 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyah, diturunkan sesudah surah At-Talaq. Dinamai Al-Bayyinah (Pembuktian) diambil dari perkataan Al-Bayyinah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.


Pokok-pokok isinya:

Pernyataan dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik bahwa mereka akan tetap dalam agamanya masing-masing sampai datang nabi yang telah dijanjikan oleh Tuhan. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. datang, mereka terpecah belah, ada yang beriman dan ada yang tidak, padahal Nabi yang datang itu sifat-sifatnya sesuai dengan sifat-sifat yang mereka kenal pada kitab-kitab mereka dan membawa ajaran yang benar yaitu ikhlas dalam beribadah, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat.





Surat ad-dhuha







   
Artinya :
1.      Demi waktu matahari sepenggalahan naik,”
2.      Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),”
3.      Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci” kepadamu.
4.      Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).”
5.       Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.
6.      Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu ?”
7.      Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.”
8.      “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.”
9.       “Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”
10.   “Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.”
11.  “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.”



Pengertian Surat Ad-Dhuha
Surah Ad-Duha (bahasa Arab:الضحى) adalah surah ke-93 dalam al-Qur'an dan terdiri atas 11 ayat. Surah ini termasuk golongan surah Makkiyah dan diturunkan sesudah Surah Al-Fajr. Nama Adh Dhuhaa diambil dari kata yang terdapat pada ayat pertama, yang artinya "waktu matahari sepenggalahan naik".Surat Adh Dhuhaa, menerangkan tentang pemeliharaan Allah SWT terhadap Nabi MuhammadSAW dengan cara yang tak putus-putusnya, larangan berbuat buruk terhadap anak yatim dan orang yang meminta-minta dan mengandung pula perintah kepada Nabi supaya mensyukuri segala nikmat.



   Isi Kandungan Surat Ad-Dhuha
1.      Allah swt tidak akan meninggalkan nabi muhammad saw.
2.      Allah swt akan memberikan kehidupan yang lebih baik kepaa nabi muhammad saw dan dakwah islamnya..
3.      Larangan menghardik anak yatim dan peminta-minta.
4.      Perintah bersyukur kepada Allah swt.